sakit bisa datang kapan saja |
Pertama, hilangnya daya
Saat sakit, energi terkuras untuk membantu antibodi/sistem imun bekerja. Akibatnya, kita jadi tak bertenaga, tak sanggup beraktifitas baik fisik maupun sekedar berpikir agak dalam. Otak juga melemah, tak bisa kita melakukan analisis tajam seperti saat sedang sehat. Jangankan bekerja, melakukan ibadah-ibadah ringan pun terasa sangat berat. Berdo'a dan berdzikir serasa sedang dihujani interogasi. Bergerak salah, diam pun tak berasa tenangnya. Intinya kita jadi sangat tidak produktif.
Kedua, hilangnya nikmat
Apa yang kita sebut-sebut sebagai hobby atau kesukaan sewaktu sehat, maka ketika sakit semua terasa pahit, bahkan mendengar namanya pun serasa ingin muntah. Entah apa itu makanan, minuman, permainan, pekerjaan, dan kesenangan lainnya. Kita jadi kehilangan segala kemampuan untuk menikmati apapun yang enak-enak. Bila orang sakit ditanya apa yang paling diinginkan sekarang, jawabannya pasti "sembuh".
Ketiga, hilangnya kesempatan
Banyak peluang-peluang yang terpaksa kita lewatkan manakala badan jatuh sakit. Jadwal dan tawaran-tarawan penting dan mahal harus dilepas begitu saja. Begitu juga, saat pemilihan umum bisa kehilangan hak suara sehingga tidak bisa memandatkan harapan anda kepada calon yang anda anggap paling amanah.
Keempat, sakit sangat menyusahkan
Tidak hanya penderita, sakit juga membuat susah orang-orang yang berada di sekitarnya. Mereka harus merawat siang malam, menyiapkan pengobatan berikut biayanya, mengurus tetek bengek administrasinya, dan masih banyak lagi yang harus mereka lakukan. Sementara yang sakit hanya terbaring lunglai tak berdaya.
Namun demikian karena sakit merupakan ujian dari Yang Maha Kuasa, maka ia berfungsi sebagai instrumen yang menetralisir beberapa hal buruk dalam jiwa manusia, antara lain:
Pertama, sakit menghapus kesombongan
Bahwa dalam keadaan sehebat apapun manusia tetaplah manusia, yang dengan sedikit diberi sakit pun, tidak akan lepas dari bantuan orang lain.
Kedua, sakit meredam gejolak batin
Ketika sakit, pikiran seolah berjalan melambat. Sehingga sangat mudah untuk mencapai frekuensi penenangan jiwa. Saat itu batin terasa lebih mudah untuk melakukan introspeksi dan koreksi kedalam diri. Semakin sakit, semakin merasa lemah, maka semakin kuat frekuensi introspeksi tersebut.
Ketiga, sakit membunuh sifat serakah
Betapapun banyak yang ingin dikuasai entah itu materi, kedudukan, kehormatan, maka ketika sakit semua nampak begitu tak berharga. Hanya satu hal yang terasa begitu kuat untuk diraih, bahkan kalaupun ada yang bisa menukarkannya dengan harta paling mahal pasti akan dilakukan. Sesuatu itu adalah kesembuhan.
Oleh karenanya sangatlah jelas bahwa sehat adalah karunia yang tak terhingga mahalnya. Tidak cukup hanya dengan proteksi asuransi, mencegah sakit adalah tentang bagaimana menjaga hubungan baik dengan Sang Maha Kuasa dan orang di sekitar kita. Mari kita tanamkan komitmen dalam diri, bahwa kita adalah orang-orang yang tak akan lagi menyia-nyiakan kesehatan dan waktu luang yang dititipkan pada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar