Bagi sebagian besar PNS muda, menjadi pegawai negeri serasa
mendapatkan kuasa baru dalam bidang finansial. Ya, meski sebagian lain
menganggap tak seberapa, gaji tetap yang dijamin negara adalah sebuah berkah
tersendiri bagi para PNS muda, terutama yang sebelumnya menggantungkan hidupnya
pada orang tua alias belum mandiri. Dengan penghasilan baru itu, mereka bisa
membeli apa saja yang mereka inginkan sesuai jumlah take home pay mereka
Sebagian PNS muda yang sudah jauh hari dilatih mandiri atau
memiliki pemahaman untuk mandiri berusaha untuk mengatur penghasilan baru
tersebut dengan beberapa cara agar tidak habis begitu saja. Misalnya dengan
menabung sebagiannya, digunakan untuk biaya pendidikan, dibelikan perangkat
elektronik, dan sebagainya yang memiliki masa manfaat panjang. Sebagian ada
yang dibelikan emas batangan atau koin, cukup bagus untuk lindung nilai
simpanan.
Sebagian lainnya ada yang menjadi korban mode dan serangan iklan
yang bertubi-tubi yang akhirnya merangsang hasrat konsumerismenya. Misalnya
mencicil mobil dengan harga cicilan hampir sebesar penghasilan bulanannya. Memang
tidak ada yang salah dengan pilihan-pilihan itu, selama sanggup membayarnya.
Namun bila dilihat dari sudut pandang kesehatan finansial, akan terjadi
ketidakstabilan dalam mengatur pendapatan dan pengeluaran dalam satu bulan. Secara
mental, perilaku konsumerisme akan mengarah pada sikap mudah berhutang. Mulanya
hutang kecil-kecil, namun karena merasa sanggup membayar akhirnya berani
mengambil pinjaman besar ke lembaga keuangan. Sebuah perilaku yang harus
dihindari, terutama oleh seorang PNS.
Kenapa? Memang ada yang salah dengan berhutang? Bukankah mayoritas PNS memang berhutang untuk mendapatkan asset dalam kehidupannya?
Sejujurnya, mestinya pertanyaan tersebut dijawab dengan
kesedihan dan keprihatinan. Dalam pengertian, seperti itulah gambaran realitas kehidupan
aparatur negara terutama PNS di negeri ini, masih dikatakan pada posisi pra
sejahtera. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan primernya pun harus menggadaikan
sebagian besar waktu dan tenaganya untuk berhutang. Di sisi lain, ada sebagian
pendapat bahwa sejak jaman dulu PNS sengaja dimiskinkan agar menjadi korup dan bisa
tunduk diajak negosiasi oleh oknum pemangku kepentingan. Bahkan dalam satu
kesempatan talkshow anti korupsi, saya mendengar pemaparan dari penasehat Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) waktu itu Bpk. H. Abdullah Hehamahua, yang
mengatakan bahwa gaji PNS itu bukan hanya tidak layak, tetapi tidak manusiawi. Sangat
menyedihkan.
Nah, dalam kondisi menyedihkan seperti demikian, datanglah
para agen-agen penjual uang yang menawarkan berbagai macam produk pinjaman yang
menggiurkan, membuat seorang PNS muda merasa punya power untuk memiliki
segalanya. Pinjaman tanpa agunan asset apapun dan hanya berbekal secarik SK CPNS/PNS
dan TASPEN, seorang PNS muda bisa mendapatkan uang tunai diatas 100 juta rupiah,
dengan tenor panjang 8 hingga 10 tahun. Sekilas memang seperti normal-normal
saja. Namun bila dihitung lebih teliti, pinjaman berbunga dengan tenor 4 tahun
saja, maka anda berkewajiban untuk membayar 2 kali dari pokok pinjaman awal!
Bagaimana lagi dengan tenor 8 tahun atau 10 tahun, tentu lebih gila lagi.
Dalam perhitungan tersebut, coba dipikirkan secara seksama,
apakah nilai asset yang kita beli dengan pinjaman tersebut akan sebanding
dengan jumlah yang kita bayar untuk pelunasan hutang, atau malah sebaliknya. Perlu
dipahami bahwa ekonomi kita saat ini menganut sistem pembayaran dengan kertas
alias riba (dalam pengertian tidak sebandingnya nilai antara alat pembayar
dengan barang yang dibayar). Dalam sistem ekonomi uang kertas/riba, yang
namanya inflasi itu pastilah terjadi bahkan dipelihara. Kenapa? Karena hal ini
berkaitan dengan jumlah uang yang beredar. Bila uang kertas yang beredar
terlalu banyak dari jumlah barang dan jasa yang diproduksi, maka otomatis
nilainya mengecil, artinya nilai barang jasa tersebut seolah jadi mahal
(padahal uang kertasnya yang kehilangan nilai karena kebanyakan stok yang beredar).
Begitulah kira-kira. Dan Jalan paling selamat dalam ekonomi uang
kertas/riba ini adalah menghindari hutang, terlebih hutang berbunga dengan
tenor jangka panjang. Efek negative paling jelas mengancam dari jeratan hutang PNS muda
ini adalah, timbulnya hasrat untuk menutup cicilan hutang dengan cara yang
melawan hukum seperti pemerasan dan pungutan liar kepada masyarakat, melakukan
kerjasama manipulatif yang merugikan negara, serta perilaku koruptif. Jadi,
berpikir dan timbanglah masak-masak ketika tertarik dengan suatu produk yang
memaksa kita berhutang, agar jangan sampai terjebak dengan hutang tak
berkesudahan. Tidak ada hal yang tiada solusinya jika PNS muda mau belajar dan
berfikir sehat demi masa depannya.
assalamu alaikum wr wb..
BalasHapusbismillahirrahamaninrahim... senang sekali saya bisa menulis
dan berbagi kepada teman2 melalui tempat ini,
sebelumnya dulu saya adalah seorang pengusaha dibidang property rumah tangga
dan mencapai kesuksesan yang luar biasa, mobil rumah dan fasilitas lain sudah saya miliki,
namun namanya cobaan saya sangat percaya kepada semua orang,
hingga suaatu saat saya ditipu dengan teman saya sendiri dan membawa semua yang saya punya,
akhirnya saya menanggung hutang ke pelanggan-pelanggan saya totalnya 470 juta dan di bank totalnya 600 juta ,
saya sudah stress dan hampir bunuh diri anak saya 3 orang masih sekolah di smp / sma dan juga anak sememtarah kuliah,tapi suami saya pergi entah kemana dan meninggalkan saya dan anaka-naknya ditengah tagihan hutang yang menumpuk,
demi makan sehari hari saya terpaksa jual nasi bungkus keliling dan kue,
ditengah himpitan ekonomi seperti ini saya bertemu dengan seorang teman
dan bercerita kepadanya, alhamdulilah beliau memberikan saran kepada saya.
dulu katanya dia juga seperti saya setelah bergabung dengan KH. JAYA hidupnya kembali sukses,
awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama satu minggu saya berpikir
dan melihat langsung hasilnya, `
saya akhirnya bergabung dan mengunjung websiteNya www.programdanaghaib.blogspot.com
semua petunjuk KH. Rahmat Sanjaya saya ikuti dan hanya 1 hari astagfirullahallazim,
alhamdulilah demi allah dan anak saya,
akhirnya 5m yang saya minta benar benar ada di tangan saya,
semua utang saya lunas dan sisanya buat modal usaha,
kini saya kembali sukses terimaksih KH. Rahmat Sanjaya saya tidak akan melupakan jasa aki.
jika teman teman berminat, yakin dan percaya insya allah,
saya sudah buktikan demi allah silahkan kunjungi web resmi KLIK DISINI